Senin, 10 November 2014

Cerpen Gadis Enam Belas Tahun

Aku adalah diriku! Apapun yang ada pada diriku tak akan pernah terganti, bak pecahan logam yang mengekalkan kesendirian dan kesunyian hidup ini. Berdiri dan berjuang pada saat ini adalah pilihan yang bukan pilihanku. Seorang gadis enam belas tahun, sekolah di sekolah negeri yang banyak raih prestasi dan banyak pula cemooh seta hal yang dianggap buruk oleh mereka. Yang ada pada sekolah lain yang dalam tanda kutip lebih unggul, serta yang hanya tahu sepenggal kisah anak-anak tak mau diuntung dari sekolahku. Buruk bagiku? Hahaha ... mungkin iya, mungkin tidak. Entahlah! Ini kali kedua aku buka warna dalam kawah pelangi benakku.
Hai, bagaimana perasaan mu? Setelah kata-kata pembuka paling berani itu. Jika aku jadi kamu, mungkin aku akan berhenti untuk membaca karena saat itu ibuku memanggilku. Atau meneruskan untuk membacanya, karena ini cerita terkeren yang pernah ada.
Lihatlah dirimu dan apapun yang sedang kau pakai, lihatlah sekeliling tempatmu berada sekarang dan berfikirlah. Semua itu milikmu? Berharga kah itu? Jika kau hitung rupiah, sanggupkah untuk membeli apa yang sedang kau inginkan? Jika iya selamat, kamu adalah anak dari keluarga yang mampu. Jika tidak, tak usah kawatir banyak yang lebih sederhana dibanding kamu. Aku terlahir dari keluarga yang cukup harmonis, berekonomi cukup, dan mempunyai rasa hormat yang baik. Menjadi anak tunggal dari seorang ayah yang terpandang membuat hidupku tak penuh warna. Bagaimana tidak? Setiap harinya aku sekolah diantar oleh para ajudan negara, pergi bermain ke rumah teman harus di tunggu bak anak bayi, pindah sekolah bukan karena nakalnya aku tapi, karena ayah yang selalu dipindah tugaskan keluar daerah. Kalian berfikir semua yang aku inginkan terwujud dalam sedetik? No, no, no! Untuk mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, aku harus memberanikan diri masuk ke kandang harimau. Ya, ruang kerja ayah.  

Tidak ada komentar: